Namun kedatangan pemain gres dari China tidak terlalu diambil pusing oleh Toyota. Toyota yang selama ini memimpin penjualan kendaraan beroda empat di Indonesia menanggapi santai dengan masuknya mobil-mobil China ke Tanah Air sekalipun harga jualnya lebih murah.
"Kita di Toyota nggak pernah melihat itu (mobil China) sebagai kompetitor yang mengambil porsinya kita. Kita menghargai maker yang kenalkan produk barunya," ucap Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor Fransiscus Seorjopranoto dalam kesempatan video conference di Tominoko Hotel, Fujikawaguchiko, Jepang.
Tak dapat ditutupi dengan adanya mobil-mobil merek China dan pendatang gres dari Jepang lain turut mempengaruhi penjualan Toyota. Meski tidak turun drastis, namun pangsa pasar Toyota harus membuatkan dengan para pendatang gres tersebut.
"Kalau casenya Xpander ia dapat berjualan 7.000-9.000 unit per bulan, kontribusinya aktual walaupun turun penjualan Toyota Avanza 6.000-7.000 unit nggak apa-apa turun tapi kita donasi aktual ada di Rush berarti secara total kita masih dapat bertahan," jelasnya.
"Silakan keluarkan produk gres sebanyaknya, kalau mau keluarin LCGC juga silahkan aja, LCGC itu kan nggak profit," sebut Soerjo.
Dalam data penjualan terakhir yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bulan November 2018, Toyota masih berada di posisi puncak dengan 320.957 unit terkirim ke garasi konsumen, Sementara Wuling dan DFSK masing-masing 13.808 unit serta 754 unit.
Post a Comment