0 Comment
Nunung mengaku telah menggunakan sabu semenjak 20 tahun lalu. Foto: Nunung (Hanif/detikhot) Nunung mengaku telah menggunakan sabu semenjak 20 tahun lalu. Foto: Nunung (Hanif/detikhot)

Jakarta - Nunung menambah gugusan artis yang terjerat narkoba. Dalam pengakuannya kepada polisi, Nunung mengaku sudah menggunakan narkoba jenis sabu semenjak 20 tahun lalu. Hal ini sontak menciptakan banyak orang bahkan keluarganya sendiri terkejut.

Biasanya pecandu narkoba terlihat kurus dan tidak fokus pada suatu hal, namun berbeda dengan Nunung. Ia justru mempunyai badan gemuk, segar, dan tampak 'sehat-sehat saja'. Sehari-hari juga masih produktif menjalankan profesinya sebagai komedian.

Menurut praktisi kesehatan jiwa dari Universitas Krida Wacana, dr Andri, SpKJ, FACLP, imbas dari penggunaan narkoba tergantung pada jenis narkoba yang dikonsumsi. Jenis sabu merupakan jenis obat stimulan yang efeknya berlawanan dengan jenis heroin atau ganja.

"Sebenarnya itu terkait dengan jenis penggunaan narkoba yang sifatnya kayak heroin atau dulu namanya putau disebutnya, atau juga ada jenisnya kayak ganja, nyelonjor saja dia, rileks, beler, itu juga salah satu yang sering jadi duduk perkara dulu," ungkapnya kepada detikHealth, Senin (22/7/2019).



Sementara sabu yang termasuk golongan obat stimulan biasa dipakai seseorang untuk membangkitkan mood menjadi euforia dan merasa senang. Selain sabu, ekstasi dan kokain juga termasuk dalam jenis golongan obat stimulan, namun lebih sulit ditemukan di Indonesia alasannya yakni harganya yang cukup mahal.

"Golongan stimulan ini biasanya dipakai oleh orang itu biasanya untuk meningkatkan mood-nya menjadi euforia. Tetapi yang uniknya ada beberapa orang yang menggunakan ini untuk kerja alasannya yakni dengan menggunakan ini jauh lebih besar lengan berkuasa daripada kopi. Mereka menjadi lebih konsentrasi, ngomong sama orang jadi berani, lebih percaya diri, bahkan dapat overwork dapat hingga kerjanya 12 jam it's oke," terang dr Andri.

Sebuah buku bertajuk 'In Praise of Slow' yang ditulis oleh Carl Honore pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada tahun 1998, penggunaan narkoba jenis stimulan di Amerika meningkat hingga 70 persen. Alasannya untuk mempercepat pekerjaan.

"Ternyata di Indonesia orang makin tahu, orang kepengin bekerja lebih baik semua, pengin cepat bila dapat secara simultan. Tapi kan ternyata otaknya nggak kuat, mau nggak mau mesti menggunakan zat dan inilah yang banyak digunakan," tandas dr Andri.

Meski tampak luar ibarat 'sehat-sehat saja', pemakai sabu tetap terancam aneka macam risiko merugikan. Penyalahgunaan narkoba jenis ini dalam jangka panjang dapat merusak susunan saraf pusat, juga sistem metabolisme. Terlebih, sabu punya imbas kecanduan yang tidak dapat diremehkan. Efek putus obat atau withdrawal symptom alias sakau (yang tentunya menyakitkan) kerap ditemukan pada pecandu ketika berusaha menghentikan pemakaian.



Simak Video "Flakka, Narkoba yang Bikin Penggunanya Makara 'Zombie'"
[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top