Jakarta - Sisa pembakaran tak tepat dari mesin kendaraan disebut jadi faktor yang paling berkontribusi menciptakan kualitas udara di DKI Jakarta menjadi buruk. Peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Dr Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSC dari Universitas Indonesia menyinggung rendahnya kualitas materi bakar dan teknologi mesin kendaraan bermotor di Indonesia.
Untuk materi bakar Indonesia ketika ini berdasarkan Budi masih mengacu pada standar Euro 2 sementara sebagian besar negara menerapkan standar Euro 4. Semakin tinggi standar maka akan semakin tinggi pula kualitas materi bakar yang harus dijual dan dengan demikian meminimalisir terjadinya polusi udara dari pembakaran tidak tepat mesin kendaraan.
"Pembakaran materi bakar kita anggun jikalau pakai euro 4, kita euro 2 masih kurang. Kadar sulfurnya sangat rendah," kata Budi pada detikHealth.
"Misal kendaraan yang di bawah tahun 2000 kan teknologinya belum bagus, bensin udah bagus, ga seimbang. Jadinya tidak mengkremasi dengan sempurna. Makanya jikalau di Jepang kendaraan yang udah 10 tahun dibuang. Lah kita masih dipakai, udah ketinggalan jaman," ungkap Budi.
Jakarta pada Sabtu (27/7) pagi sempat menempati ranking 2 kota dengan kualitas udara terburuk sedunia. Pantauan AirVisual melihat skor Index Air Quality (AQI) Jakarta berada di angka 167.
AQI merupakan indeks yang menggambarkan tingkat keparahan kualitas udara di suatu daerah. AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, menyerupai PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.
Rentang nilai dari AQI ialah 0 hingga 500. Semakin tinggi nilainya menawarkan semakin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti moderat, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-203 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.
Simak Video "Cara Natasha Rizky Lindungi Keluarga dari Polusi"
[Gambas:Video 20detik]
Post a Comment