0 Comment
Ilustrasi senam sehat di jantung kota Jakarta (Foto: Rachman Haryanto) Ilustrasi senam sehat di jantung kota Jakarta (Foto: Rachman Haryanto)

Jakarta - DKI Jakarta belakangan ini dalam pantauan oleh AirVisual beberapa kali menjadi salah satu kota dengan kualitas udara jelek sedunia. Pada hari Jumat (26/7) contohnya Jakarta sempat menempati peringkat pertama kota terburuk, menorehkan skor Air Quality Index (AQI) di angka 184.

AQI merupakan indeks yang menggambarkan tingkat keparahan kualitas udara berdasarnak enam jenis polutan utama di suatu kawasan dengan skala penghitungan 0-500. Semakin tinggi nilainya mengatakan semakin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti moderat, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-203 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.

Beberapa mahir menyebut penyebabnya dapat mulai dari alasannya ialah faktor kemarau, proyek pembangunan trotoar jalan, dan yang terakhir alasannya ialah penumpukan kendaraan di beberapa titik alias kemacetan. Menurut peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Dr Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSC dari Universitas Indonesia kasus polusi udara di Jakarta kali ini lebih banyak terjadi alasannya ialah cemaran gas pembuangan sisa kendaraan.



Proyek pelebaran trotoar disebut-sebut biang polusi di DKI.Proyek pelebaran trotoar disebut-sebut biang polusi di DKI. Foto: Rolando/detikcom


Kualitas materi bakar rendah ditambah teknologi mesin yang ketinggalan zaman menciptakan banyak kendaraan ketika macet menghasilkan gas sisa. Dampaknya bagi kesehatan mulai dari risiko penyakit pernapasan, jantung, bahkan sampai kanker.



"Solar yang mengandung belerang dapat mengganggu sistem saraf, mengganggu ginjal, dapat gangguan fungsi paru, jantung. Bensin alasannya ialah ada benzena hidrokarbon dapat menjadikan gangguan saraf pusat, gangguan paru, jantung. Efeknya jangka panjang. Kalau jangka pendek paling bersin-bersin batuk-batuk," kata Budi pada detikHealth.

Untuk mengatasi problem polusi udara Jakarta ini berdasarkan Budi cara yang paling baik ialah dengan mendorong masyarakat memakai transportasi publik. Selain itu dapat juga dengan meningkatkan kualitas materi bakar mesin yang dijual dan uji emisi teratur untuk mengetahui kelayakan sebuah unit kendaraan.

Cara lainnya menyerupai menyiram air atau menanam pohon mungkin juga dapat kuat meski tidak bermanfaat banyak.


Aktivitas warga di tengah kepungan polusi udara.Aktivitas warga di tengah kepungan polusi udara. Foto: Pradita Utama


Bike to Work

Gowes sepeda ke kantor atau istilah bekennya bike to work juga dapat dilihat sebagai alternatif moda transportasi minim polusi udara. Hanya saja Budi mengingatkan dalam situasi udara yang sudah terlanjur jelek menyerupai ketika ini, disarankan berhati-hati menentukan rute semoga menghindari jalan yang ramai dilalui kendaraan bermotor.

Saat seseorang gowes sepeda maka metabolisme badan akan meningkat, membuatnya bernapas lebih cepat. Hal ini akan berdampak kalau menentukan rute jalan ramai kendaraan alasannya ialah bukan mustahil dirinya menghirup banyak polusi.

"Orang normal biasanya (tarik napas -red) semenit cuma 20 kali, nah yang naik sepeda dapat 40 kali kan ngos-ngosan. Berarti makin banyak abu yang kau hirup, semakin banyak pencemaran udara yang masuk ke tubuh. Lebih kondusif cari jalan tikus," kata Budi.

"Dari exercisenya sih sepedaan anggun alasannya ialah dapat meningkatkan metabolisme badan maka daya tahan badan meningkat jadi engga simpel flu batuk-batuk," pungkasnya.




Tonton video Jakarta Ibu Kota Polusi?:

[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top