0 Comment
Gaji tinggi bukan segala-galanya, sehat tetap yang utama (Foto: iStock) Gaji tinggi bukan segala-galanya, sehat tetap yang utama (Foto: iStock)

Jakarta - Bekerja dengan honor tinggi tampaknya jadi keinginan banyak orang. Bagi kalangan fresh graduate pada umumnya, iming-iming gaji Rp 8 juta per bulan tampaknya sudah cukup untuk menciptakan mereka rela melaksanakan apa saja.

Tapi di balik honor tinggi, ada risiko 'tersembunyi' lho. Bisa jadi perusahaan memperlihatkan harga yang sepadan dengan beban kerja cukup berat dari besaran honor yang kau terima.

Beban kerja yang tinggi sanggup membuatmu jadi pergi subuh dan pulang di malam hari. Berangkat fajar membuatmu harus berdesak-desakan dengan penumpang yang lain dan dihadang oleh tingkat kepadatan jalanan yang menciptakan kesabaran sanggup habis. Belum hingga di kantor saja sudah stres!

Selain itu, risiko lainnya ialah persoalan kesehatan yang beberapa di antaranya dikutip detikHealth dari aneka macam sumber.

1. Stres dan gangguan jiwa

Siapa di sini yang masih harus kerja di selesai pekan? Stres membayangi mereka-mereka yang bekerja nyaris tak kenal waktu. Memang sih, tak ada pekerjaan yang terbebas dari stres. Tetapi beban kerja yang terlalu berat, jam kerja yang panjang, serta suasana lingkungan kerja yang jelek merupakan tiga penyebab utama munculnya persoalan kesehatan mental di daerah kerja.

"Beban kerja yang berat itu contohnya berlebihan dibandingkan rekan kerja yang lain dan tidak sesuai job deskripsinya. Sementara jam kerja yang terlalu panjang ya akhir dari beban kerja yang tidak terselesaikan di jam kerja normal," tutur dr Eka Viora, SpKJ, Ketua Pengurus Pusat Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PP-PDSKJI) kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Bahaya persoalan mental di daerah kerja pun berdasarkan dr Eka tidak sekadar menciptakan produktivitas menurun. Dalam jangka pendek, persoalan mental sanggup menciptakan munculnya keluhan fisik ibarat sakit kepala dan gangguan pencernaan.

"Dalam jangka panjang sanggup menyebabkan kelelahan mental dan depresi. Nah kalau sudah begini maka kemauan melaksanakan sikap berisiko ibarat penggunaan narkoba, merokok dan mabuk alkohol juga akan lebih besar," paparnya.

Dalam jangka panjang sanggup menyebabkan kelelahan mental dan depresi. Nah kalau sudah begini maka kemauan melaksanakan sikap berisiko ibarat penggunaan narkoba, merokok dan mabuk alkohol juga akan lebih besardr Eka Viora, SpKJ - Dokter Jiwa


2. Obesitas

Peneliti di University of Georgia di Athena menemukan bahwa orang cukup umur yang merasa terlalu keras bekerja atau burn out sering memperlihatkan serangkan sikap tidak sehat yang menyebabkan kenaikan berat badan.

"Sangat masuk nalar bahwa stres kronis bekerja bermanifestasi dalam sikap dan kebiasaan kesehatan negatif. Psikologis dan tubuh insan mempunyai jumlah energi yang terbatas. Saat energi nyaris habis, sistem tubuh tidak sanggup berfungsi dalam kapasitas yang optimal, kata psikolog klinis Carla Marie Manly, PhD., dikutip dari Healthline.

Ia menambahkan, soal kebiasaan diet dan berolahraga, pekerja yang merasa stres berlebihan akan merasa sangat lesu dan sadar atau tidak sadar berpikir bahwa ia lelah dan tak punya waktu untuk berolahraga. Saat siklus ini berulang, sikap yang tidak sehat akan menjadi kebiasaan.



3. Sakit jantung

Laporan dari beberapa studi memperlihatkan bahwa kerja lembur atau berlebihan sanggup meningkatkan munculnya faktor risiko kardiovaskular ibarat hipertensi, kolesterol atau diabetes melitus. Rendahnya kadar melatonin sanggup menyebabkan gangguan metabolisme tubuh dan memicu hipertensi yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

"Faktor stres dan kelelahan memicu neurohumoral akan meningkatkan proses atherosklerosis dan peningkatan tekanan darah," tutur hebat jantung dari dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dr Isman Firdaus.

Faktor stres dan kelelahan memicu neurohumoral akan meningkatkan proses atherosklerosis dan peningkatan tekanan darahdr Isman Firdaus - Dokter jantung


4. Pembekuan darah

Duduk yang berkepanjangan ketika bekerja terlalu usang menyebabkan darah menjadi stasis di tungkai yang selanjutnya sanggup memburuk sehingga terjadinya sumbatan bekuan darah di tungkai atau disebut DVT (deep vein thrombosis).

Bekuan darah di tungkai yang berat sanggup berakibat fatal atau selesai hidup apabila bekuan darah di tungkai terlepas menuju pembuluh darah paru yang menyebabkan sumbatan pembuluh paru-paru (emboli paru).

"Dianjurkan semoga pekerja duduk dengan ergonomis ketika bekerja dan biasakan untuk melaksanakan senam peregangan setiap 2 jam bekerja selama 2 menit untuk menghindari DVT," pesan dr Isman.

Dianjurkan semoga pekerja duduk dengan ergonomis ketika bekerja dan biasakan untuk melaksanakan senam peregangan setiap 2 jam bekerja selama 2 menit untuk menghindari DVTdr Isman Firdaus - Dokter jantung


5. Stroke

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet menemukan orang yang bekerja selama lebih dari 55 jam dalam sepekan mempunyai risiko lebih besar terkena stroke hingga 34 persen, dibandingkan mereka yang bekerja dalam waktu kerja yang standar. Penelitian kedua ini dilakukan terhadap 529.000 laki-laki dan perempuan yang dimonitor selama rata-rata 7 tahun.

Memang tidak ada kekerabatan langsung, namun para peneliti menyebut ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi ini. Misalnya kurangnya pergerakan fisik, tingkat stres yang tinggi, serta kecenderungan mengonsumsi minuman beralkohol. Selain itu orang yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja cenderung jarang mengunjungi dokter untuk berkonsultasi seputar persoalan kesehatan mereka.



Simak Video "Imunoterapi, Terobosan Pengobatan Baru untuk Penderita Kanker"
[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top