0 Comment
Seorang pecandu narkoba tak selalu tampak kurus dan awut-awutan (Foto: Palevi S/detikFoto) Seorang pecandu narkoba tak selalu tampak kurus dan awut-awutan (Foto: Palevi S/detikFoto)

Jakarta - Tampaknya sebagian besar rekan dan kerabat tak pernah mengira bahwa Nunung ialah seorang pengguna narkoba. Komedian berusia 56 tahun itu terlihat gemuk bahkan tetap produktif dalam berkarya menjadi pelawak sehari-hari.

Yang dialami Nunung bertolak belakang dari apa yang sering dikenali orang awam sebagai ciri-ciri pecandu narkoba, menyerupai badan kurus, mata beler, ataupun kesulitan fokus pada satu atau beberapa hal.

Menurut praktisi kesehatan jiwa dari Universitas Krida Wacana, dr Andri, SpKJ, FACLP, imbas dari penggunaan narkoba memang tergantung pada jenis narkoba yang dikonsumsi. Jenis sabu merupakan jenis obat stimulan yang efeknya berlawanan dengan jenis heroin atau ganja.

"Sebenarnya itu terkait dengan jenis penggunaan narkoba yang sifatnya kayak heroin atau dulu namanya putau disebutnya, atau juga ada jenisnya kayak ganja, nyelonjor saja dia, rileks, beler, itu juga salah satu yang sering jadi duduk masalah dulu," ungkapnya kepada detikHealth, Senin (22/7/2019).



Sementara sabu yang termasuk golongan obat stimulan biasa dipakai seseorang untuk membangkitkan mood menjadi euforia dan merasa senang, serta sanggup meningkatkan konsentrasi dan dogma diri.

Sayangnya, itu hanya imbas sementara dari sabu. dr Andri mengatakan, penyalahgunaan sabu sangat berbahaya bagi badan sebab sabu eksklusif memengaruhi sistem saraf pusat di otak.

"Tentu ancaman sekali, jikalau nantinya terlalu banyak, orang itu sanggup mengalami tanda-tanda depresi, agitasi (perasaan jengkel, kesal, dan gelisah) dan juga menjadi sikap kekerasan itu sanggup mentriger," jelasnya.

Bahkan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) dr Shilvya Febrina Irawan, MSi menjelaskan dampak ketergantungan sabu sanggup mengakibatkan kerusakan organ dan kematian.

"Karena itu, jangan pernah mendekati sabu dan narkoba jenis lain. Tuntutan tampil baik ada di semua profesi, namun imbas narkoba tidak usang sebab pada alhasil badan tetap merasa lelah. Konsumsi satu kali, penasaran, cuma coba-coba berisiko mengakibatkan ketergantungan yang sanggup mengakibatkan kematian," kata dr Shilvya.



Dengan imbas menyerupai itu, terperinci para pecandu sabu tidak menampakkan tanda-tanda bahwa mereka memakai zat-zat adiktif tersebut. Sabu mengandung metamfetamin, turunan dari zat amfetamin yang termasuk obat golongan stimulan yang dalam penggunaannya sanggup menciptakan seseorang menjadi lebih percaya diri juga merasa lebih senang. Dalam praktiknya, sabu juga dipakai untuk menambah stamina, terutama untuk bekerja.

Pecandu dengan imbas menyerupai itu disebut high-functioning addicts, di mana para pecandu justru bekerja atau berfungsi lebih baik jikalau memakai obat-obat golongan stimulan, menyerupai efedrin, amfetamin, kokain, metilfenidat, MDMA, dan modafinil.

"Orang-orang yang memakai ini (obat golangan stimulan -red) mengira kok jadi pede, jadi sanggup melaksanakan seustau, mau memakai ini dengan penggunaan banyak. Kondisi ini yang menjadi bermasalah ke depannya. Ppenggunaannya tidak tepat, suka-suka, tidak sesuai dengan kondisi dia. Akhirnya menjadi masalah," tegas dr Andri.



Simak Video "Imunoterapi, Terobosan Pengobatan Baru untuk Penderita Kanker"
[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top