0 Comment
#MengenangPram, Baca Kutipan Pramoedya Ananta Toer yang Tak Lekang Waktu#MengenangPram, Baca Kutipan Pramoedya Ananta Toer yang Tak Lekang Waktu Foto: Mindra Purnomo

Jakarta - Kalau hari ini sastrawan Pramoedya Ananta Toer masih hidup, sastrawan kelahiran Blora akan merayakan hari jadi yang ke-94 tahun. Dia dikenal sebagai pengarang yang produktif sepanjang sejarah sastra Tanah Air.

Pramoedya yang dikenal dengan novel 'Tetralogi Buru' sukses menerbitkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke 41 bahasa asing.



Kelahiran Pram yang jatuh hari ini pun Trending Topic di Twitter dengan hastag #MengenangPram.

Yuk, mari mengenang Pram lewat kutipan-kutipannya yang tak lekang oleh waktu:


"Tahukah kamu mengapa saya sayangi kamu lebih dari siapa pun? Karena kamu menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, hingga jauh, jauh di kemudian hari"

"Aku lebih mempercayai ilmu pengetahuan, akal. Setidak-tidaknya padanya ada kepastian-kepastian yang dapat dipegang." (Pram, Bumi Manusia)

"Saya ingin hidup, tapi tak membisu. Sebab, diam yaitu bentuk lain dari selesai hidup itu sendiri."

"Dari mana asalnya kedunguan itu? Dari terlalu banyak mengurus diri sendiri, sehingga buta terhadap yang lain-lain." (Pram, Arok Dedes)

"Kegagalan hanya buah perjuangan yang memang gagal. Barangsiapa tak pernah berusaha beliau pun takkan pernah gagal". (Pram, Arus Balik)

"Jangan sebut saya wanita sejati jikalau hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti saya tidak butuh lelaki untuk saya cintai." (Pram, Bumi Manusia)

"Semakin banyak bergaul semakin banyak pula persoalan, yang sebelumnya tak pernah ku bayangkan ada, sekarang bermunculan menyerupai cendawan." (Pram, Bumi Manusia)

"Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriannya saja, beliau orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, beliau sakit." (Pram, Anak Semua Bangsa)

"Seorang terpelajar harus berbuat adil semenjak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan." (Pram, Bumi Manusia)

"Orang boleh terpelajar setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis yaitu bekerja untuk keabadian." (Pram, Rumah Kaca)

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."



Post a Comment

 
Top