0 Comment
Foto: Dok. Istimewa/Gandi Sulistiyanto (Managing Director Sinar Mas Group)Foto: Dok. Istimewa/Gandi Sulistiyanto (Managing Director Sinar Mas Group)

Jakarta - Pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada Sabtu (26/1). Kongolomerat ini memulai perjuangan dari nol dengan melewati masa suram sampai kesannya jadi konglomerat.

Kisah jatuh bangun Eka Tjipta diceritakan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan lewat situs www.disway.id. Dahlan becerita ketika itu Ek Tjhong, nama kecil Eka Tjipta, mulai merintis bisnis semenjak tamat SD.

Alasanya, jikalau sekolah untuk bekerja maka beliau harus sanggup bekerja tanpa sekolah, cuma bukan berarti Eka tidak sekolah. Dia hanya tidak sekolah formal, guru tetap tiba ke rumahnya malam hari.


Untuk membayar jasa guru, ia ambil dari hasil jualan biskuit yang merupakan bisnis awalnya setamat SD. Bahkan, semoga sanggup bisnis biskuit, Eka menjaminkan ijazah SD ke produsen sehingga sanggup menjualnya alias menjadi distributor.

Bisnis biskuit berjalan lancar, omzetnya meningkat. Eka pun sanggup membeli sepeda sampai becak bekas sebagai sarana menjual biskuitnya. Bisnis biskuit melambung, dalam 4 tahun Eka sanggup mengumpulkan 2.500 gulden, dan 1.000 gulden sanggup digunakan renovasi rumah orang tuanya.

Tak cepat puas, Eka pun merambah sumber uang lainnya. Dia ikut arisan tender, caranya siapa yang mau memberi bunga tertinggi yang menang. Cuma di bisnis ini Eka gagal alasannya ialah kondisi ekonomi kacau ketika Jepang masuk Makassar 1941. Dana Eka di arisan tender pun menghilang bersama pemenang tender.


Saat itulah kejatuhan Eka yang pertama ketika menjajal bisnis di usia muda. Tak menyerah, Eka berniat menjajal bisnis barang rongsok. Idenya muncul ketika duduk di pantai melihat truk tentara menciptakan aneka barang rongsok mulai dari besi, kayu, karung-karung terigu, karung semen, seng dan sebagainya.

Cuma, waktu itu Eka belum tetapkan untuk pribadi terjun ke bisnis rongsokan. Dia mencoba mengambil laba dari aktivitas membuang rongsok itu dengan mendirikan kedai kopi. Dia berpikir, mereka yang bekerja menciptakan rongsok niscaya butuh melepas lelah sambil minum kopi.

Singkat dongeng warung kopi berjalan dan laris. Seiring dengan jualan kopi, Eka juga berjualan ayam rebus yang disajikan sebagai sobat minum kopi. Cuma, bisnis ayam rebus hampir saja gagal alasannya ialah konsumen lebih banyak memesan kopi.


Eka pun segera mendatangi komandan tentara Jepang untuk jemput bola memperlihatkan ayam rebus, yang ternyata menyukai hidangan itu. Singkat dongeng bisnis ayam rebus dan kopi berjalan mulus.

Tak berhenti di situ, Eka tidak melupakan rencana awal berbisnis rongsokan. Modal bisnis rongsokan beliau ambil dari laba bisnis kopi dan ayam rebus.

Halaman rumah pun tak luput dari timbunan barang rongsok. Produk rongsoknya beraneka ragam, mulai dari kantong terigu, kantong semen, sampai semen beku. Untuk semen beku, beliau tumbuk dan jual ke pemakaman Tionghoa.

Bisis rongsok mulai meredup, Eka Segera banting setir merambah minyak goreng. Eka mendatangi Selayar, tempat penghasil minyak goreng di Sulawesi Selatan. Eka naik kapal dari Makassar ke Selayar sehari semalam.


Bisnis minyak goreng pun beliau mulai. Sayang, gres saja beliau memulai bisnis, pemerintah Jepang yang waktu itu sedang menjajah Indonesia mengeluarkan hukum penjualan minyak goreng hanya boleh dilakukan pihak Jepang. Pihak swasta harus menjual semua minyak goreng dengan harga dipatok Rp 1,5/liter.

Di sinilah Eka muda mengalami kegagalan bisnis untuk kedua kalinya. Hidup susah beliau jalani, bahkan harus antre panjang dan dibatas satu roti per orang.

"Berbulan-bulan tidak makan roti. Bukan tidak punya uang tapi sulit mendapat roti. Beli roti harus antre. Satu orang dibatasi maksimal dua roti. Saat itu ia ingin membeli dua, tapi hanya diberi satu. Ia bertekad ingin menciptakan pabrik roti," tulis Dahlan, dikutip Senin (28/1/2019).

Akhirnya Eka mencari tahu siapa pembuat roti di pabrik itu. Kemudian Eka memperlihatkan honor dua kali lipat untuk pembuat roti itu. Pabrik rotinya maju, namun tak gampang alasannya ialah masih ada tantangan ibarat sulitnya mendapat gula.

Eka tak menyerah, ia mempunyai seni administrasi dengan menyewa pengantre bayaran. Strateginya mengantarkan Eka menjadi orang kaya, Eka mempunyai kendaraan beroda empat seharga Rp 70.000 dan membeli kendaraan beroda empat milik temannya seharga Rp 30.000. Eka mempunyai dua kendaraan beroda empat dan menjadi orang terpandang.

Bangkrut lagi


Menjelang kemerdekaan, kondisi ekonomi kacau balau. Ketiga kalinya Eka bangkrut. Meski bangkrut, ia tak mau mempunyai utang. "Ia sangat yakin kepercayaan ialah modal terpenting. Dengan kepercayaan ia yakin sanggup berdiri lagi. Mobil kebanggaanya ia jual, ia kembali naik sepeda," tulisnya.

Kebangkrutan ketiga sangat menyakitkan untuk Eka, pasalnya ini duduk masalah harga diri. Ketika bangkrut, orang-orang yang dulu hormat padanya tak mau menyapa lagi.

Eka pergi dari Makasar ke Malino, sebuah tempat berjarak 60 km dari Makassar. Ia menghabiskan waktu dengan membaca. Setelah itu ia kembali ke Makassar dan ia menjadi pemasok logistik tentara. Utang-utangnya lunas, ia bersahabat dengan tentara.


Tentara ketika itu menganggap Eka sebagai orang yang sangat berjasa. Hingga Eka boleh memakai kapal tentara yang pulang ke Makassar dalam keadaan kosong.

Ia mengisi muatan dengan kopra, ia sering pergi ke Manado, Palu, Toli-toli, Maluku. Ia mulai berani menyewa kapal untuk pengiriman kopra dari Manado ke Surabaya dan Jakarta. Pemberontakan Permesta pecah, Eka yang sudah mengumpulkan 3.000 ton kopra di Manado kesannya meninggalkan kopra-kopra tersebut. Di ia melarat lagi untuk keempat kalinya.

Eka pindah ke Surabaya, yang dinilai lebih aman. Di sana ia menghadap Pangdam Brawijaya, Mayjen Basuki Rahmat. Eka diijinkan mengisi kapal tentara dengan barang dagangannya. Kemudian ia mempunyai pabrik minyak kelapa yang berkembang sangat pesat.

Saat itu Dahlan bertanya pada Eka, apakah ia pernah membayangkan suatu ketika akan melarat lagi. "Sekarang sudah mustahil lagi bangkrut. Sudah terlalu besar untuk sanggup bangkrut," kata Eka tahun 1992 kepada Dahlan Iskan di Surabaya.

Sabtu Malam (26/1/2019), pengusaha nasional itu pergi untuk selama-lamanya. Eka menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 19.43 di usia 98 tahun. Pejabat sampai pengusaha ramai menengok mayat Eka di rumah sedih RSPAD dan mengucapkan belasungkawa.

Post a Comment

 
Top