Jakarta - Walau sedang menjadi tren, nikah berbiaya murah merupakan pilihan masing-masing pasangan calon pengantin. Akan tetapi psikolog Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd mengingatkan lebih baik dilakukan alasannya yaitu sudah memahami prioritas, bukan hanya sekadar mengikuti tren saja.
"Alasannya apa? Kalau memang mereka sudah pintar menentukan prioritas ya itu malah modal anggun untuk berumah tangga. Makara kan beliau tahu tuh mana yang harus jadi prioritas kan? Tapi kalau kau sekedar ikut tren ya itu yang nggak bagus," katanya ketika berbincang dengan detikHealth melalui sambungan telepon, Rabu (30/1/2019).
Menurut psikolog dari Discovery Zone Therapy Centre ini, yang berbahaya jikalau seseorang memaksakan nikah murah dengan modal yang pas-pasan. Ia menegaskan, yang dilihat dari sebuah komitmen nikah bukanlah soal biaya ataupun pestanya, namun justru apakah penghasilan kedua calon pengantin akan cukup untuk modal berkeluarga nantinya.
"Kalau memang seadanya beneran alasannya yaitu gajinya nggak cukup, terus nanti makan sehari-hari bingung, kalau punya anak ntar lebih resah lagi. Kan punya anak juga nggak murah [biayanya] ya. Kalau contohnya uang kita cukup, mau nikah murah kek, mahal kek, itu nggak masalah. Tinggal balik lagi nih, prioritas kita apa?" tutur Rosdiana.
Rosdiana mencontohkan masyarakat Indonesia yang memang lebih banyak pribadi mendambakan keturunan segera sehabis menikah. Apakah penghasilan calon pengantin cukup untuk menghidup kebutuhan harian dan juga persiapan mempunyai keturunan? Jika masih terhitung tidak cukup, ia menyarankan untuk lebih baik tidak terburu-buru menikah dulu.
Ia juga menyarankan untuk mencoba 'hitung mundur'. Diskusikan dengan pasangan asumsi kebutuhan sehari-hari dan apa saja yang diharapkan ketika sudah menikah (misalnya barang-barang atau properti rumah), dan juga kebutuhan ketika nanti sudah mempunyai anak, sehabis itu memperhitungkan sisanya untuk mengadakan pesta komitmen nikah bila menghendaki.
Saksikan juga video 'Inikah Saat yang Tepat untuk Menikah?':
Post a Comment