0 Comment
Foto: Rachman HaryantoFoto: Rachman Haryanto

Jakarta - Banyak orang ketika ditanya, apa sih resolusi keuangan Anda tahun 2019 ini, jawabnya adalah, boro-boro punya resolusi tahun 2019, yang tahun 2018 kemarin saja banyak yang gagal bahkan hampir semua tidak tercapai.

Nah jikalau hingga tidak tercapai menyerupai ini, sesungguhnya dimana letak kesalahannya? Perlukah kita mempunyai resolusi keuangan gres setiap tahun? Ataukah kita membenahi dulu kegagalan tahun kemarin?

Dalam artikel sebelumnya sudah dibahas penyebab nomor 1 kenapa solusi keuangan anda gagal. Nah, dalam artikel kali ini kita bahas alasan ke 2 kenapa resolusi keuangan anda kemudian dapat jadi gagal? Apakah itu?

Target Terlampau Drastis
Selain resolusi keuangan yang terlalu abstrak, sasaran yang terlampau drastis juga biasanya akan menggagalkan resolusi keuangan yang telah anda buat di awal tahun. Biasanya, resolusi keuangan drastis itu dimulai dengan kata "menghilangkan".

"Menghilangkan kebiasaan naik ojek online", "Menghilangkan ngafe setiap pulang kerja", dan "Menghilangkan browsing di online shop" yakni kalimat terkenal yang menjadi resolusi keuangan orang-orang lantaran dianggap sebagai sebuah kebiasaan yang menguras dana.

Bukan sebuah resolusi yang jelek, tetapi resolusi tersebut sangatlah drastis bagi siapapun yang mempunyai kebiasaan apapun yang ingin dihilangkan. Sehingga, lantaran terlalu drastis, resolusi semacam itu pada balasannya sulit untuk dilakukan dan cenderung akan ditinggalkan oleh si pembuatnya.

Patut anda ketahui bahwa sebuah kebiasaan tidak menjadi kesenangan yang timbul dalam satu malam. Anda "membangunnya" berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan anda. Sehingga, akan terasa sangat "menyakitkan" bagi anda bila menghilangkannya begitu saja.

Jadi, bila ketika ini anda masih mempunyai resolusi dimana kata di awal kalimatnya yakni "menghilangkan" coba diubah menjadi "Mengurangi dan mengubahnya menjadi". Misalnya, dalam satu ahad saya ingin mengurangi naik ojek online dari 7 kali menjadi 4 kali dan 3 kalinya saya ubah menjadi naik kendaraan umum lainnya yang lebih murah".

Bila anda ingin yang lebih mudah, contohnya anda mempunyai resolusi menghilangkan kebiasaan berbelanja online, ubah resolusi anda dari meng-unistall aplikasi online shop, menjadi unfollow beberpa akun-akun online shop di instagram secara bertahap.

Meski menghilangkan sebuah hal yang sudah menjadi kebiasaan bukanlah sesuatu yang gampang untuk dilakukan, tapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Setuju ya?


Oleh lantaran itu belajarnya menciptakan sasaran yang SMART. Apa itu abreviasi dari SMART? Dibahas di workshop dan kelas yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari wacana bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari wacana Reksadana. Ada juga workshop khusus wacana Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda dapat berguru wacana perencanaan keuangan komplit, bahkan dapat jadi konsultannya dengan akta Internasional dapat ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya dapat dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda dapat diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Di artikel berikutnya kita akan bahas penyebab terakhir kenapa resolusi keuangan anda selalu gagal untuk dicapai. Dan bila memungkinkan kita akan bahas apa itu SMART.


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari kawan yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.

Post a Comment

 
Top