0 Comment
Ilustrasi/Foto: Pradita UtamaIlustrasi/Foto: Pradita Utama

Pekalongan - Data Dinas Perhubungan Kota Pekalongan mencatat adanya peningkatan arus kemudian lintas mencapai sekitar 70% didominasi kendaraan truk. Pemicunya ialah mulai diberlakukannya pengenaan tarif tol Trans Jawa.

Pilhan pengemudi menentukan Jalur Pantura, ketimbang jalur tol, bukan tidak beralasan. Hasanudi (43), pengemudi truk asal Kendal, Jawa Tengah, menyampaikan dirinya lebih menentukan Pantura alasannya tarif tol dianggapnya terlalu mahal.

Menurutnya, lebih ekonomis memakai jalur pantura ketimbang tol. Diakuinya jalur tol memang jalur bebas hambatan, namun tarifnya mahal. Kalau di Pantura hanya tersandung di Jembatan Timbang (Banyuputih-Batang).

"Hitunganya ibarat ini, Semarang ke Jakarta hanya untuk tarif jalan tol untuk kendaraan golongan I mencapai Rp 334 ribu, bila kendaraan berat maksimal dua kali golongan I," katanya ketika ditemui detikFinance di ruas jalur Pantura, Jumat (25/1/2018).


Menurut Hasanudin, uang saku yang diberikan perusahaan Rp 3,6 juta untuk jalur Semarang-Jakarta dapat habis bila hanya ia lewat tol.

Padahal, ia harus membeli materi bakar solar untuk perjalanan pulang pergi dengan perhitungan sekitar Rp 1,6 juta. Sedangkan untuk biaya bongkar muatanya sekitar Rp 300 ribu dan Rp 600 ribu untuk membayar kernet.

"Kalau ditotal sudah Rp 2,5 juta, itu belum termasuk makan bersama kernet selama tiga hari perjalanan pulang pergi," jelasnya.


Dirinya hanya akan mengantongi uang sisa sebesar Rp 400 ribu untuk dibawa ke rumah. Itupun belum termasuk hitungan untuk jembatan timbang di Batang, roda bocor ataupun duduk perkara teknis lainnya di jalanan.

"Itu lewat pantura sisa segitu. Kalau lewat tol, uangnya tidak bersisa. Mau makan apa keluarga kami," keluhnya.

Post a Comment

 
Top