Jakarta - Pria memakaI setelan jas dengan kumis nyentrik muncul ke atas panggung. Dengan bersemangat, ia berlagak menyerupai utusan dari Miguel de Carventes, penulis novel 'Don Quijote'.
"Beliau mohon maaf tidak dapat datang, bukan alasannya ialah sakit tapi alasannya ialah sudah meninggal lebih dari 400 tahun yang lalu. Beliau minta pengertian dari Anda sekali. Karena sudah meninggal 400 tahun yang kemudian kesulitan masuk ke Indonesia," ujar laki-laki yang berjulukan Darto tersebut.
Cerita berlanjut dikala Darto sebagai narator menceritakan kisah hidup Cervantes hingga merilis dua jilid buku yang laku manis. "Hidupnya jadi lumayan, tapi itu tidak lama. Ia kembali miskin hingga meninggal dan makamnya tidak diketahui orang," ujar Darto.
Seketika ia mengakhiri kalimatnya, Cervantes muncul dalam penampakan boneka kayu. Suara yang dimunculkan dalang itu layaknya seorang Cervantes.
"Hei Mang Darto. Saya ini Cervantes, jangan kepanjangan ngomongnya," kata dalang dalam pementasan 'Den Kisot'.
Alkisah dalam lakon, Don Quijote atau Don Kisot atau panggilan Den Kisot dari tanah Sunda akan pergi berperang melawan kebathilan dan hoax. Ia dianggap 'majnun' atau asing alasannya ialah terlalu banyak membaca novel-novel fantasi. Kabar itu tersiar.
Pertunjukan 'Den Kisot' di Komunitas Salihara Foto: Doc. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya |
Pendeta murka dan segera mengecek rumah Den Kisot. "Buku-buku ini harus segera dibakar," ujar pendeta tersebut.
Pembakaran buku-buku fantasi itu menciptakan Den Kisot makin berang. Ia yang gemar mengkhayal dianggap asing oleh warga di kampungnya. Sementara itu, ia bertemu dengan Sancho dan mengajak untuk pergi ke Spanyol.
Di Spanyol, Den Kisot kembali dianggap 'majnun'. Dia merasa melihat wanita anggun yang berjulukan Dulcenia dan berniat naik ke atas langit dengan kuda putihnya.
Pertunjukan 'Den Kisot' di Komunitas Salihara Foto: Doc. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya |
Naskah 'Den Kisot' diambil dari novel 'Don Quijote' yang ada sekitar seribu halaman. Alur kisah yang kompleks diakui sutradara dan penulis naskah Endo Suanda tidak dimasukkan ke dalam cerita.
"Don Kisot atau Den Kisot ini orang yang suka berkhayal namun isinya kami bikin sangat meng-Indonesia. Tidak dapat kau ambil dari kisah aslinya, alurnya terlalu kompleks. Kita sederhanakan biar tidak terlalu berbelit-belit," ungkapnya dikala diwawancarai detikHOT.
Guyonan segar khas Indonesia pun terasa dalam pertunjukan. Ada guyonan soal es, Siti Badriah hingga gosip pembakaran buku yang juga pernah terjadi di Indonesia.
Pertunjukan 'Den Kisot' di Komunitas Salihara Foto: Doc. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya |
Selama 90 menit, penonton berdecak kagum dengan guyonan dalam lakon, akting narator dan dalang yang terasa menyatu hingga unsur kontemporer di animo dan pemanggungan. Di final cerita, ada abjad Sayid Hamid yang dimasukkan.
"Pena telah selesai, darah berhenti. Tinta mengering, buku-buku sudah terbakar. Awalan harus berakhir. Lahir ujungnya di sini. Dalang bukan segalanya, dalang bukan segalanya," tukas narator.
Pentas 'Den Kisot' digelar hari ini pukul 13.00 WIB. Festival Don Quijote pun masih berlangsung hingga sore hari.
Simak Video "Melihat Patung Mini Unik di Galeri Salihara"
[Gambas:Video 20detik]
Post a Comment