0 Comment
Pelaku Musik Keluhkan Minimnya Sosialisasi di Awal RUU MusikWendi Putranto. Foto: Dyah Paramita/detikHOT

Jakarta - Pro dan kontra mengenai Rancangan Undang-undang (RUU) Permusikan masih terus berlanjut. Para pelaku musik yang tidak baiklah dengan RUU tersebut mengaku kecewa alasannya ialah tidak mendapat sosialisasi semenjak awal.

Hal tersebut diungkapkan oleh manajer Seringai sekaligus pengamat musik, Wendi Putrato, mewakili sejumlah rekannya dalam Koalisi Nasional Tolak Rancangan Undang-undang Permusikan (KNTL RUUP).

"Memang ketika pengusulan RUU ini, memang sebagai wakil rakyat, Mas Anang punya hak untuk mengusulkan adanya UU, tetapi yang kami sesalkan ialah sangat minimnya, atau bahkan tidak ada, sosialisasi soal RUU Permusikan tersebut," ungkapnya dikala ditemui di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Senin (4/2/2019).

Kalaupun ada musisi yang diundang dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X dewan perwakilan rakyat RI, Wendi menilai, musisi yang diundang berjumlah sangat sedikit dan hanya sebagian kecil dari keseluruhan pelaku musik yang ada.



Keterbatasan tersebut menciptakan mereka yang hadir belum sanggup mewakili bunyi semua pihak yang ada di dunia musik.

"Ketika ada sebagian kecil musisi yang sudah diundang untuk beraudiensi Rapat Dengar Pendapat dengan dewan perwakilan rakyat tetap saja itu tidak mewakili aspirasi dari musisi yang lain yang ada di seluruh Indonesia," kata Wendi.

Dia juga mengeluhkan sulitnya mengakses draf dan naskah akademik RUU Permusikan tersebut. Bahkan dirinya gres membaca draf RUU tersebut belakangan. Wendi sempat mencari naskah akademik dan draf RUU tersebut di mesin pencarian, sayangnya ia tidak menemukan.

"Jadi draft utamanya itu, yang sangat disesalkan, seakan-akan dirahasiakan publik, susah banget buat mengakses draft RUU itu. Di website dewan perwakilan rakyat nggak ada. Saya gres sanggup draft itu sekitar 2 ahad yang lalu," kata Wendy.



"Jadi saya sempat diajak sama Glenn, ketika sebagian musisi menghadap DPR, tapi saya menolak untuk ikut alasannya ialah belum baca drafnya, nggak mau, nanti hingga sana salah. Pas baca, kaget di situ. Ini mah kita kayak menyerahkan batang leher kita untuk pegawanegeri untuk disembelih," tambahnya.

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh musisi Lafa Pratomo. Dia mengaku tidak mendapat sosialisasi yang terang soal RUU Permusikan hingga hal tersebut ramai dibicarakan dan menjadi buah bibir.

Padahal, berdasarkan Lafa, hukum mengenai permusikan ialah hal yang penting bagi mereka yang memang berkecimpung di dalamnya.

"Sejujurnya gres sanggup sosialisasi gres beberapa hari atau seminggu terakhir. Cacatnya itu di sini, dikala RUU dipublikasikan dari dua tahun kemudian bahkan, tapi nggak pernah sanggup sosialisasinya secara terang gimana. Tahu-tahu naskahnya sudah di Prolegnas sedang dikaji dan akan disahkan. Langkah yang licik," kata Lafa.



Karena kurangnya sosialisasi itu, para musisi yang menolak pun bersikeras untuk tidak menyetujui RUU tersebut.

"Kami sudah tegas menyikapi rancangan undang-undang ini, bukan dengan merevisi atau merombak, tapi kita minta ini semoga ditolak," tutur Wendi.

"Kalau sosialisasi itu diperluas mungkin nggak akan ada kehebohan menyerupai ini. Makara sosialisasi sih penting dalam hal ini. Dari kami sih, jika memang mau bikin regulasi, yang ini batalkan dulu, ayo undang semua stakeholder untuk membahas mengenai regulasi musik," tambahnya.


Tonton video: Tolak RUU Permusikan, Ini Alasan Marcell dan Rara Sekar
[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top