Jakarta - Mahalnya tarif perjalanan udara domestik berimbas pada kondisi pariwisata dan perhotelan di Sulsel. Konsumen pun mulai beralih ke wilayah Pulau Jawa dan enggan menuju ke Indonesia Timur.
"Intinya terkhusus hotel di daerah timur Indonesia yang pangsa pasarnya pada Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (Mice) terkena dampak dari mahalnya tiket pesawat," kata Ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga ketika berbincang dengan detikFinance, Jumat (18/1/2019).
Dia menyampaikan pangsa pasar pariwisata berbasis Mice ini yaitu orang-orang yang berasal dari Jakarta dan Surabaya. Secara persentase pelanggan mereka dari wilayah ini hampir mencapai 90 persen. Akibat mahalnya tiket pesawat, frekuensi kunjungan ke daerah tersebut menurun dan keterisian hotel pun ikut menurun.
"Mereka malah pilih wilayah Jawa alasannya yaitu gampang diakses dengan kereta dan bus. Kalau begini kondisinya, matilah kita di sini," sambungnya.
Malah, lanjut Anggiat mahalnya tiket pesawat ini dapat berimbas pada pariwisata secara keseluruhan. Dia mencontohkan, harga tiket ke Kuala Lumpur, Malaysia sama dengan harga tiket dari Jakarta menuju Makassar.
"Akhirnya orang pilih ke Malaysia dan habiskan uang di sana bukan di dalam negeri," keluhnya.
Dia berharap ada solusi yang terbaik dari pemerintah untuk perkembangan pariwisata di Indonesia Timur khususnya Sulsel.
Post a Comment