0 Comment
Foto: Rachman HaryantoFoto: Rachman Haryanto

Jakarta - Masih di awal-awal tahun kan? Awal tahun identik dengan resolusi, orang-orang bisa jadi termasuk anda juga 'berlomba' menciptakan sebuah resolusi di awal tahun ini. baik itu resolusi dalam kesehatan, relasi dengan pasangan, pencapaian diri sendiri dan tentunya juga: resolusi keuangan.

Apa resolusi keuangan yang menjadi sasaran keuangan anda di awal tahun ini? Apakah bisa menabung lebih banyak, atau berinvestasi lebih 'smart'? Apapun resolusinya, untuk mencapai semua itu, tentu anda telah menciptakan langkah-langkah untuk mencapai targetnya, kan?

Sayangnya, penetapan sasaran dan pembuatan langkah-langkah saja tidak cukup untuk menciptakan resolusi anda berhasil dan membuatnya menjadi kebiasaan. Anda juga harus mengetahui apa saja hal yang bisa menggagalkan resolusi keuangan tersebut.

Faktor yang bisa menggagalkan resolusi keuangan bisa berasal dari mana saja, bisa dari faktor eksternal ataupun internal. Sayangnya, kebanyakan faktor penggagal resolusi keuangan yang paling sulit dilawan dalam mencapai resolusi yaitu dari internal anda sendiri.

Oleh karenanya, mengetahui hal ini menjadi penting. Tanpa mengetahui apa yang bisa menggagalkan resolusi keuangan yang telah anda buat maka besar kemungkinan resolusi keuangan tersebut hanya bertahan sebentar saja dan gagal di bulan selanjutnya.

Resolusinya Terlalu Abstrak
Coba lihat kembali resolusi keuangan di awal tahun ini. Bila disitu masih ada 'ingin menabung lebih banyak', atau 'Ingin berinvestasi yang lebih menguntungkan' silahkan coret resolusi keuangan tersebut atau perbaiki menjadi lebih 'membumi.'

Meski terlihat biasa saja, tetapi 'ingin menabung lebih banyak' itu tidak menjelaskan sasaran apa-apa. Abstrak kata lainnya. Apakah lebih banyak itu lebih banyak satu juta dari tahun kemudian setiap bulannya? Apakah lebih banyak 10% dibanding bulan lalu? Ataukah apa?

Resolusi keuangan yang terlalu ajaib biasanya akan membawa anda ke dalam kebimbangan, tak tahu ingin memulai dari mana. Sehingga, sebab anda tidak mempunyai sasaran jelasnya, anda memulainya juga secara tidak jelas, sekadarnya saja.

Setelah anda memulai sekadarnya, jadinya anda melakukannya semampunya, sehabis anda tak bisa dan semuanya terasa berat kemudian anda akhiri saja. Bila ibarat ini, tidak ada perkembangan dan anda kemudian jatuh ke lubang yang sama.

Dalam hal ini, akan lebih baik bagi anda kalau mengubah resolusi menjadi 'bisa menyisihkan Rp 5.000 dalam satu hari'. Bisa juga anda mengubah resolusi menjadi 'disiplin mengumpulkan recehan kembalian ke dalam satu wadah setiap harinya'.

Eits, jangan anggap remeh resolusi ibarat ini. Bila anda berhasil mengumpulkan Rp 5.000 setiap hari, dalam satu bulan anda bisa mengumpulkan Rp 150.000-an dan ini bisa anda gunakan untuk berinvestasi di sebuah produk keuangan berjulukan reksa dana. Asyik ya?

Mau yang lebih asik lagi? Ikuti deh kelas dan workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari wacana bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari wacana Reksadana. Ada juga workshop khusus wacana Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa mencar ilmu wacana perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan akta Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Apalagi ya hal yang bisa menciptakan resolusi keuangan anda gagal? Akan dibahas lebih lengkap di artikel berikutnya.

Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari kawan yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.

Post a Comment

 
Top