0 Comment
Foto: Sudirman Wamad/detikcomFoto: Sudirman Wamad/detikcom

Cirebon - Nuriman (55), tukang servis payung asal Cirebon sukses memanfaatkan limbah payung menjadi bisnis yang menguntungkan. Dari tukang servis, sekarang menjadi bos payung.

Ya, Nuriman berhasil menyebarkan perjuangan reparasi payung yang sudah dijalani semenjak 1995 silam. Mulanya, Nuriman hanya bermodal nekat merantau ke Ibu Kota menjadi tukang servis payung keliling.

"Dulu awal-awal itu untuk biaya servis payung hanya Rp 50 hingga Rp 100. Saya keliling jalan kaki. Hanya modal nekat dan keahlian menyervis payung," ucap Nuriman ketika berbincang dengan detikcom di kediamannya di Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019).


Bisnis payung rongsokBisnis payung rongsok Foto: Sudirman Wamad/detikcom

Nuriman tetap bersabar dan tekun menjalani usahanya sebagai tukang servis payung. Gerbang kesuksesan Nuriman pun terbuka ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Saat itu, Nuriman kebanjiran order.

"Ya tidak mengecewakan besar orderannya waktu itu, sekitar 1998 dan 1999. Di tahun itu, saya mulai menjalin korelasi dengan pabrik-pabrik payung," ucapnya.

Selain mendapatkan servis payung dari perorangan, Nuriman juga membeli limbah payung atau produk gagal dari sejumlah pabrik payung. Bisnis reparasi payung Nuriman pun mulai berkembang.


"Saya mulai membeli barang-barang reject dari pabrik. Untuk lalu saya reparasi ulang dan saya jual," ucapnya.

Tahun demi tahun Nuriman lewati. Memasuki tahun 2000, Nuriman mulai mempunyai karyawan. Saat itu, Nuriman mengontrak rumah untuk membuka bisnis reparasi payungnya.

"Waktu di Jakarta itu saya punya 10 karyawan. Kemudian tahun 2014 saya pindah ke kampung halaman, saya buka reparasi payung di sini," ucapnya.

bisnis payung rongsokBisnis payung rongsok Foto: Sudirman Wamad/detikcom


Nuriman yang mulanya hanya bisa membeli puluhan lusin limbah payung dari pabrik dalam sebulan, sekarang bisa memborong hingga ratusan lusin limbah payung. Nuriman mengajak anak bontotnya, Fadilah (26) untuk menyebarkan bisnis reparasi payungnya.

"Kadang barang reject dari pabrik itu tak bisa kita pakai, terang merugikan. Hanya jadi rongsok. Modal untuk membeli barang reject itu dari Rp 10 juta hingga Rp 20 juta," katanya.

Nuriman menyerahkan sepenuhnya penjualan payung hasil reparasi kepada Fadilah. Fadila keliling dari pasar ke pasar untuk memasarkan payung hasil reparasi. Bahkan, penjualan payung hasil reparasi Nuriman itu sekarang tembus ke sejumlah tempat di Jawa Barat dan Jawa Tengah.


"Ada 15 karyawan yang membantu mereparasi. Awalnya barang-barang kami jual di Cirebon, lalu berkembang hingga Bandung dan sejumlah tempat di Jawa Tengah," kata Fadila ketika berbincang dengan detikcom.

Saat trend hujan, diakui Fadilah, penjualan payung melonjak, bahkan dalam sepakan Fadilah mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 15 juta.

"Kalau trend hujan ya penjualannya gampang. Dalam seminggu kita bisa menjual 500 lusin payung. Ya sekitar Rp 15 juta per minggu," ucapnya.


Fadilah tak menampik bisnis reparasi payung merupakan bisnis musiman. Dia menyiasati dengan menyetok payung ketika trend kemarau untuk dijual ketika trend hujan. Sedangkan harga satu payung bervariasi dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.

"Harga per lusin itu dari Rp 120 ribu hingga Rp 250 ribu, tergantung bahannya. Paling rendah penjualannya hanya 30 lusin per minggu. Sekarang lagi banyak order, sebab trend hujan," katanya.
​​​Promosikan bisnis kamu, ​​​detik ini juga​​ di adsmart.detik.com

Post a Comment

 
Top