0 Comment
Ratusan gigi ekstra ditemukan di rahang seorang bocah (Foto: iStock) Ratusan 'gigi' ekstra ditemukan di rahang seorang bocah (Foto: iStock)

Jakarta - Orang renta Ravindranath tak menyangka kondisi puteranya yang sekarang berusia 7 tahun. Dikutip Daily Mail dari Times of India, bengkak pada rahang kanannya diakibatkan 526 gigi yang bersarang di areal tersebut potongan atas.

"Kami bahwasanya sudah membawanya ke rumah sakit umum untuk diperiksa. Tapi ia tidak dapat duduk tenang, sampai balasannya investigasi tidak dilanjutkan. Kami juga berpikir ia masih kecil," kata S Prabudoss ayah dari Ravindranath.

Menurut ayahnya, abses pada rahang kanan Ravindranath telah terjadi semenjak usia 3 tahun. Orangtua awalnya menganggap sebagai tanda-tanda gigi anyir menyerupai anak lainnya. Namun, abses makin besar sampai Ravindranath dirujuk ke Saveetha Dental College.



Di layanan kesehatan ini, Ravindranath menjalani beberapa investigasi termasuk CT Scan dan Sinar X. Hasilnya, ada beberapa gigi kecil yang tumbuh di dalam rahangnya. Ravindranath balasannya dijadwalkan operasi untuk menghilangkan gigi pada 11 Juli 2019. Sebelumnya, dokter telah berhasil meyakinkan Ravindranath dan keluarganya.

"Operasi mustahil lagi dihindari. Namun kami tidak membuka tulang rahang dari samping yang akan meninggalkan lubang. Kami menggali dari atas untuk memindahkan kantong yang berisi gigi-gigi kecil tersebut," kata Kepala Departemen Bedah Oral dan Maxillofacial yang juga memimpin operasi Dr Senthilnathan.

Selain memindahkan kantong, operasi selama 5 jam tersebut juga berhasil mempertahankan gigi nomer 21 yang masih sehat. Dengan keberhasilan ini, Ravindranath tidak perlu melaksanakan operasi rekonstruksi rahang. Ravindranath sendiri terlihat bahagia usai operasi alasannya tidak lagi merasa sakit gigi.



Menurut Kepala Bagian Pathologist Maxillofacial Dr Prathibha Ramani, kondisi yang dialami Ravindranath disebut compound composite odontoma. Menurut Dr Ramani yang ikut serta dalam penanganan sampai selesai, kondisi Ravindranath tergolong rangka. Dalam kondisi ini tiap gigi punya mahkota, akar, dan lapisan pelindung menyerupai gigi normal lainnya.

"Ukuran gigi dalam compound composite odontoma bervariasi 0,1-15 milimeter. Gigi ini terlihat menyerupai mutiara dalam tiram. Kami sebelumnya tidak pernah melihat begitu banyak gigi dalam 1 tempat," kata Dr Ramani.

Keberhasilan operasi Ravindranath tidak dapat hanya dipandang sebagai tujuan selesai tindakan medis. Keberhasilan ini menjadi pengingat pentingnya memperhatian kesehatan gigi semenjak usia anak. Masyarakat juga harus sadar pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Kondisi Ravindranath mungkin tidak akan berulang, namun peluang tak dapat dipastikan 100 persen. Hingga ketika ini tidak ada penyebab niscaya compound composite odontoma. Dokter hanya menyebutkan faktor risiko dari radiasi perangkat elektronik dan persoalan genetik.

"Ravindranath sempat mengalami biopsi alasannya dikira mengalami tumor. Hasil memang hanya menunjukkan pertumbuhan gigi yang tidak normal. Namun mungkin saja ada persoalan genetik, apalagi kita tidak dapat mengawasi faktor lingkungan," kata Dr Ramani.

Menurut Dr Ramani, sebuah studi pernah dilakukan terhadap 250 orang terkait imbas radiasi perangkat elektronik. Hasilnya, sekitar 10 persen mengalami perubahan intri sel yang dapat berdampak pada perbanyakan sel. Perbanyakan terkontrol mungkin tidak menyebabkan masalah, namun berbeda dengan yang tidak terkontrol dan berisiko menyebabkan munculnya gangguan. Dengan adanya kasus Ravindranath, Dr Ramani beropini mungkin studi harus dilakukan kembali dalam skala lebih besar untuk mencegah munculnya gangguan serupa.



Simak Video "Ini Dia Rapor Merah Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top