0 Comment
Foto: Uje Hartono/detikcomFoto: Uje Hartono/detikcom

Banjarnegara - Kopi Senggani dari Desa Pegundungan Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara ini terkenal di kalangan pecinta kopi. Hasil panen kopi ini dikirim ke banyak sekali kota besar.

Hingga dikala ini, petani kopi dengan jenis arabika di Desa Pegundungan selalu kewalahan memenuhi seruan pasar. Rata-rata, setiap bulannya jumlah seruan hingga 5 kwintal. Sedangkan dikala panen gres sekitar 2 kwintal setiap bulan.

"Kalau seruan sebetulnya sudah banyak, bahkan kami hingga kewalahan. Kalau rata-rata setiap bulan kopi dari Desa Pegundungan gres 2 kwintal, padahal seruan hingga 5 kwintal lebih," kata Anam, salah satu petani kopi di Desa Pegundungan, Minggu (24/11/2019).


Foto: Uje Hartono/detikcom


Anam mengatakan, sebetulnya sudah ada 43 hektar lahan di Desa Pegundungan yang ditanami kopi. Namun yang dikala ini sudah dapat dipanen, gres setengahnya.
"Sebelumnya petani di sini menanam cabe. Sekarang lambat laun petani sudah mulai beralih ke kopi. Selain harga stabil juga untuk konservasi. Karena tanah di sini itu berbukit-bukit dan rawan peristiwa tanah longsor," terangnya.

Banyaknya permintaan kopi Senggani ini alasannya memilki rasa yang khas. Kopi yang ditanam di ketinggian 1300 mdpl ini mempunyai rasa gula aren meskipun tanpa dicampuri gula.

"Menurut para pecinta kopi, rasa kopi Senggani dari Desa Pegundungan ini menyerupai ada gabungan gula aren," kata dia.
Menurut nya selain suhu yang cuek untuk menjaga cita rasa kopi Senggani dilakukan proses pasca panen selama satu bulan. Salah satunya dikala melaksanakan pengeringan.

Foto: Uje Hartono/detikcom


"Pengeringan ini tidak dijemur langsung. Kopi ditempatkan dijaring di daerah yang sudah ditutup dengan plastik. Maksudnya yaitu semoga panasnya lebih merata," paparnya.

Petani biasanya menjual dalam bentuk green beans. Untuk harga jualnya, kopi Senggani dari Desa Pegundungan dijual antara Rp 90.000 hingga Rp 100.000 per kilogram.

Foto: Uje Hartono/detikcom


Kepala Desa Pegundungan Murti, menyampaikan kopi senggani mulai ditanam semenjak 2012 lalu. Sebelumnya petani di desa Pegundungan sebagian besar menanam sayuran.

"Awalnya untuk konservasi alasannya kopi tidak perlu mengolah tanah setiap simpulan panen. Pada dikala pertama memang petani susah untuk beralih ke kopi. Karena sudah terbiasa menanam sayur. Tetapi kini sudah semakin banyak yang menanam kopi," jelasnya.

Apalagi, dengan beralihnya jenis flora ini sudah mulai berdampak pada sekotor ekonomi warga dibanding sayuran. Pasalnya, harga kopi lebih stabil dibanding harga sayuran.

"Harga cabai memang kadang tinggi tetapi kadang sangat rendah. Kalau kopi ini stabil dan tidak gampang basi asal dapat menyimpannya dengan baik," terangnya.



Simak Video "Mengenal Kopi ''Ospina'' Kopi Termahal di Dunia"
[Gambas:Video 20detik]

Post a Comment

 
Top