Jakarta - Sebagian besar masyarakat Tionghoa tengah bersuka cita menyambut perayaan tahun gres China atau Imlek. Namun kebahagiaan itu tampaknya tidak menyelimuti pasangan peternak Zhang Shipping dan Bai Fuqin.
Keduanya tengah mengalami petaka demam babi. Sejak Agustus 2018 wabah demam babi sudah menyerang sebuah peternakan di akrab kota Shenyang.
Melansir The Star, Senin (4/2/2019), pasangan itu telah berhutang sekitar 300.000 yuan atau US$ 44.712,72. Uang itu lebih besar 10 kali lipat dari apa yang mereka sanggup hasilkan dari memelihara babi.
Meskipun pertanian Zhang tidak terinfeksi, langkah-langkah untuk menghentikan penyebarannya secara efektif telah membunuh mata pencaharian keluarganya.
Beijing tidak boleh mengambil babi dari wilayah yang terinfeksi pada bulan September. Belum lagi pemerintahnya melaksanakan pemusnahan.
Perdagangan di perbatasan lumpuh, terutama di Timur maritim Provinsi Liaoning, yang menghasilkan sekitar sepertiga lebih babi dan sangat bergantung pada ekspor. Harga babi turun di bawah 4 yuan per kilogram bulan ini, harga termurah di satu dekade.
Zhang dan Bai menyingkirkan sekitar 30 babi bulan ini, kehilangan sekitar 800 yuan untuk satu Babi.
Mereka masih mempunyai hampir 50 babi yang kini jadi kelebihan berat tubuh dan lemak. "Kita hampir tidak sanggup bertahan hidup," kata Bai.
Bai dan tiga petani lainnya di Changtu menyampaikan mereka tidak akan terus meningkatkan berternak babi. Puluhan ribu peternak menyerupai mereka diperkirakan akan meninggalkan babi sehabis bulan lemah harga dan pembatasan bergerak babi ke pasar.
"Saya telah mengalami semua jenis pasang surut pada industri babi. Tapi tidak yang lebih pahit sebagai tahun ini," kata Hongbo.
Post a Comment