0 Comment
Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin/Foto: Herdi Alif Al Hikam/detikFinanceDirektur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin/Foto: Herdi Alif Al Hikam/detikFinance

Tangerang - PT Angkasa Pura II (Persero) berencana membangun Bandara Soekarno Hatta II. Pembangunan bandara tersebut dilakukan di tahun 2022.

Pembangunan Bandara Soekarno Hatta II dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang beberapa tahun ke depan. Selain itu, AP II juga memaparkan kinerjanya selama 2018 serta planning pengembangan smart airport.

Berikut petikan wawancara lengkap dengan Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin di kantornya, Tangerang, Kamis (20/12/2018).

Bagaimana kinerja perseroan di 2018?
Kalau kita bicara tahun 2018, tema besar kita pada corporate roadmap tahun ini yaitu growth acceleration yaitu "Airport Growth Faster". Nanti 2019 beda lagi, jadi bila untuk informasi 2019 nanti tema besar kita yaitu "Global Partnership Acceleration", nah ini kaitannya dengan kok AP II mulai melirik pasar internasional, nah kita mengacu pada corporate roadmap itu, nah konsisten di situ.

Kalau kita bicara mengenai airport growth faster, dengan fokus ke mengenai tiga acara besar di airport, mainstream activities kita di airport itu operation, service, dan commercial atau business. Nah concern kita tiga itu harus kita kuasai tiga hal itu kita harus excellent di situ. Tiga hal itu satu siklus satu rangkaian, tidak akan ada servis anggun bila operasinya tidak bagus, tidak akan ada laba bisnis pertumbuhan bisnis bila servis pelayanan kita nggak bagus.

Jadi kita akan growing fast di tiga area tadi. Caranya gimana? Kalau kita bicara di operasi kita sejalan dengan transformasi besar, ada tiga area transformasi, satu transformasi bisnis dan portofolio, paling besar itu transformasi sistem infrastruktur dan informasi, yang terakhir transformasi human capital, human capital itu dibentuk tiga lagi turunannya ada konteksnya people orang insan SDM, culture budaya perusahaan, terakhir organisasi. Belum semua itu belum selesai semua, ada yang sudah selesai ada yang masih berjalan, secara umum jadwal transformasi besar kita itu masih terus berlangsung.

Pertumbuhan di 2018 bagaimana?
Artinya, di 2018 ini ada sebuah pertumbuhan yang cepat dalam konteks pengelolaan operasi sistem bandara, melalui transformasi sistem infrastruktur kita. Kemudian di infra kita banyak yang kita shift up, sebab AP ini terlambat 3-5 tahun ini terlambat, dan lagi fokus pemerintahan Pak Jokowi kan bangkit infrastruktur. Sejalan dengan hal itu kita juga lakukan akselerasi percepatan pembangunan komponen-komponen di bandara, ada runway, taxiway, infrastruktur pendukungnya, terus terminal.

Untuk terminal aja hingga kini kita punya backlog sebanyak 20 juta, tahun kemudian saja 63 juta kan kapasitas pergerakan penumpang yang terjadi di Soetta dengan kekuatan kapasitas gedung terminalnya cuma 43 juta Terminal 1 idealnya 9 juta, 2 9 juta, dan 3 25 juta, 9+9+25= 43 juta kan padahal traffic-nya ada 63 juta. Ini bila 2018 paling tidak kita ramal 67 juta akan signifikan tumbuhnya, pertumbuhan dan pergerakan penumpang tumbuhnya selalu dua digit ya 2017 ke 2018 11,1% dan tahun sebelumnya 10,83%.

Fokus ke Bandara Soekarno Hatta kenapa?
Karena Soetta bandara terbesar, itu magic word-nya 60%. 60% untuk passenger traffic, aircraft movement, revenue contribution kita. 60% juga capex spending kita, jadi memang hukum umumnya modal perjuangan kita akan digelontorkan ke Soetta semua, sebab ini memang cash bila kita Soetta bantuan cukup besar.

Kalau bicara 2018 bandara kita itu jadi 19, kita gres sanggup 16 tiga lainnya itu masih diproses KSPnya. Tiga yang lain masih diproses kan, Pak Menhub ini menargetkan tiga ini selesai sebelum triwulan I.

Mungkin yang membedakan paling siginificant essential yaitu cara kita sanggup memperoleh bandara itu di tahun 2018 ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Awalnya hingga tahun 2017 kita cuma punya dua cara aja bila nggak kita bangkit sendiri kita sanggup PMN penyertaan modal negara dari pemerintah jadi aset negara dipindahkan jadi aset BUMN jadi sanggup menambah kapitalisasi atau aset buat BUMN. Itu aja terus berkutat di situ aja.

Di 2018 ini, pertama kali AP II realisasikan teladan KSP kolaborasi pengelolaan aset barang milik negara, jadi aset tidak dipindahkan tapi dikelola bareng, barang masih milik negara bukan punya BUMN. Pemerintah tidak lagi mengeluarkan APBN pemerintah sanggup bantuan tetap, jadi setara dengan PNBP, nah yang perhiasan lagi pemerintah sanggup laba bagi hasil, bila bandara untung kita share ke pemerintah. Nah dalam masa konsesi tersebut pemerintah sanggup penambahan aset, kemarin ibarat di Palangkaraya dalam konsesi 30 tahun AP II harus membangun bandara dan menambah asetnya melalui spending kita di capex sebesar Rp 483 miliar.

Kemudian kita juga jadi investor di bandara, untuk bandara Kertajati kita mau bikin punya saham 25% di situ sekaligus kita juga jadi operator disana. Kita ditunjuk sama pemerintah di sana jadi bumbunya sekaligus investornya. Kita juga ditugasi pemerintah untuk nambah runway, pemerintah acc-nya kan 2500m Sekarang sedang kita kerjakan nanti 25 Januari 500 m selesai itu kita sedang kerjakan.

Sejak bapak mimpin 2016, banyak hal anggun dari AP II, diam-diam AP II sanggup sementereng ini bagaimana pak?
Jadi tolong-menolong kuncinya itu ada di corporarte level strategy-nya, pertama saya masuk ya saya benahi di sana.

Pertama, directional strategy, jadi taktik yang men-direct korporasi mau ke mana guidance mau kemana. Kita disini memutuskan sustainable competitive growth, kita mau tumbuh kompetitif dan berkelanjutan. Sampai ketika ini AP II market leader industry transportasi udara. Kaprikornus bila dibilang di Indonesia itu kita mimpin 46% market share-nya. Kaprikornus sebagai market leader kita mau apa.

Kedua, portofolio strategy, kita harus berani ngembangin core portofolio-nya sanggup kita tumbuhkan, waktu saya masuk AP II ini terlalu konvensional, core-nya apa satu pelayanan sistem udara yang aero, jadi kalo pesawat landing bayar landing fee, parkir bayar parking fee, mau connect garbarata bayar garbarata fee, itu aja. Terus non aero, ya tenant sewa, jadi modelnya konsesi sewa, gitu gitu aja, konvensional. Apa ya? Pendekatannya tuh landlord sebagai tuan tanah nyewain daerah bagi hasil keuntungan. Nah kalo kini kita ada dua, core dikelola parent sama adjunction dikelola oleh subrelease.

Ketiga parenting strategy, jadi bagaimana AP II ini sebagai grup mengatur antar anak dengan induk, pendekatan kita strategic control apa aja, pertama strateginya perencanaan dan financialnya kinerja keuangan. Kaprikornus anak perusahaan kita ada tiga AP Solusi, AP Kargo, dan AP Propertindo, nah tadi adjunction bisnis kita letakkan di anak perusahaan, jadi konsepnya itu sinergi grup. Anak kini kontribusinya mendekati 18% kita proyeksikan final tahun ini terhadap total revenue total pendapatan kita, dari yang awal saya masuk cuma 7-8% aja. Kaprikornus tahun ini beliau kontribusinya Rp 1,7 triliun dari total rencananya Rp 9,5 triliun, itu yang kita bilang 18%, kita rencanakan tahun depan 20%.

Post a Comment

 
Top